Ahlan Wa Sahlan yaa Akhi yaa Ukhti:)

Jumat, 17 Juni 2016

KAMIS MANIS


Assalamualaikum semua… :)
Segala puji bagi Allah yang sudah memberikan kenikmatan sampai hari ini. Di bulan ramadhan yang penuh berkah di hari yang kedua belas. Semoga kesehatan dan keberkahan juga terlimpah kepada semua pembaca blogku. :)
Hari ini, postinganku berkaitan dengan kamis manis. Beberapa hari yang lalu, aku pernah beberapa kali membaca pada sebuah time line di twitter yang membuat tweet mengenai kamis manis. Mungkin, karena hal itu aku ingin membuat versi kamis manisku tersendiri.
Kata manis, sering identik dengan sesuatu hal entah benda hidup ataupun mati yang mempunyai tekstur, bentuk dan yang lainnya yang bersifat seperti gula. Persepsi manis tergantung kepada setiap orang dalam memikirkannya. Menurutku manis itu adalah ketika aku melakukan kegiatan dalam satu hari sesuai dengan rencana yang telah aku target pada hari sebelumnya. Sehingga ketika planning yang sudah terjadwal sesuai dengan yang kulakukan, maka dengan demikian waktu yang telah ada yang khusus diberikan oleh Allah kepadaku bisa terback-up dengan baik. Yeyeye, Alhamdulillah :D karna dalam sebuah surat yang terdapat di Al-Qur’an disebutkan tentang bagaimana berharganya waktu. Sampai-sampai ada pepatah arab yang mengatakan “Waktu itu laksana pedang, jika kita tidak bisa menggunakan waktu tersebut dengan baik maka kita akan terhunus sendiri oleh pedang tersebut”.
Surat dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang bagaimana berharganya waktu adalah surat Al-‘Ashr yang mempunyai 3 ayat. Berawalan dengan kalimat “Wal ‘Asry” yang artinya “Demi Masa”. (2) “Innal insaanu lafii khusr, illalladziina aamanuu wa ‘amilushoolihaati” artinya “Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mereka berbuat atay beramal kebajikan atau sholeh”. (3) “Wa tawaashauw bilhaqqi wa tawaashauw bisshobr” artinya “ Dan mereka saling berwasiat atau menasehati dengan kebenaran dan mereka saling berwasiat atau menasehati  dengan kesabaran”. Membaca dari kalam Allah ini, jadi teringat dengan sebuah lagu yang pernah dipopulerkan oleh Grup Nasyid Raihan.
“Jreengg- jreengg- jrenggg” suara gitar. “Dungg, takk Duungg duungg” suara beduug, eh suara ketipung deh :D. Afwan, kena syndrom ngabuburit sih jadi kepingin cepat berbuka. Hehehe, Uuppss. Baik, lanjut yaa! Dalam lagu nasyid Raihan yang berjudul”Demi Masa” ini pada liriknya terdapat pesan untuk para pendengar lagunya untuk menghargai waktu. Yah, seperti pada surat Al-‘Ashr 3 ayat tersebut. Sambil nyanyi ya, aku akan mengutip beberapa lirik yang menyentil kita untuk bermuhasabah agar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
“Cek, cek, tes”….” Demi Masa, Sungguh manusia dalam kerugian. Kecuali, nasehat pada kebenaran dan kesabaran”….. “Ingat lima perkara, sebelum lima perkara”….
(1)  Sehat sebelum sakit
(2) Muda sebelum tua
(3) Kaya sebelum miskin
(4) Lapang sebelum sempit, (5) Hiiduup sebelum mati….

Nah, itulah lirik dari lagu “Demi Masa”, yang baru aku nyanyikan. Semoga terhibur dengan suara merduku #GakBolehProtes. Karna, puasa-puasa tidak boleh protes, kalau protes nanti aku kasih es. :D
Next, lanjuutt! So, sudah tahu kan betapa pentingnya waktu itu bagi kehidupan kita?? Yeppi, penting sekali. Sekali waktu tersebut sudah berlalu, maka ia tidak akan terulang lagi. Sekalinya kita kehilangan waktu tanpa kemanfaatan, maka kita akan merugi. Umurpun akan semakin bertambah, semakin dekat pula dengan namanya kematian. Gak ada yang ingin mati tanpa amal kan??? Alam Barzakh itu menakutkan jika tidak diimbangi dengan amal kebajikan. Maka, waktu yang ada sebaiknya disikapi dengan arif bijaksana dan  baik.

Masuk inti~

Cerita episode hari ke-12 puasa adalah tentang pertemuan sebuah takdir yang oleh Allah sudah digariskan di Laukhul mahfudz untuk hamba-Nya.    
Tepatnya, pada tanggal 16 Juni 2016. Yang memang hari kamis, jika menurutku kemarin hari kamis manis. Beda halnya dengan beberapa tetanggaku yang mungkin mengatakan bahwa hari kamis kemarin, “kamis pahit” lebih pahit dari pahit biasanya. Kronologinya adalah:
Pada hari Rabu malam kamis, rumah yang berada di sebelah mushola yang aku buat untuk sholat terawih terlihat ramai oleh para tamu. Entah tidak seperti biasanya. Ketika sholat terawih sudah dimulai, ditengah-tengah jeda akan melakukan terawih bersama-sama. Saat itulah diumumkan oleh bapak Imam Terawih tentang kondisi yang dihadapi oleh tetanggaku tersebut.
Awalnya, pak imam memberitakan jika ada salah satu dari anggota keluarga tetanggaku itu kedapatan jatuh sakit, tanpa sebab yang diketahui dengan pasti. Katanya dari beberapa orang, sakit beliau adalah karna masuk angin duduk.  Doa pun dipanjatkan kepada Allah, agar kesehatan beliau pulih. Selang sekitar beberapa jam, beliau pun dibawa pulang kembali. Karna memang sudah sembuh. Aku pun ikut senang juga Alhamdulillah, sudah pulih. Warga-warga di sekitar rumah beliau memang sangat menghormatinya karna beliau adalah bapak RT sekaligus sebagai orang yang menjadi imam ketika jamaah di mushola. Terawih pun selesai, lalu aku pun pulang ke rumah.
Hari berganti ke hari kamis, dan aku pun melakukan rutinitas yang tetap seperti hari sebelumnya. Bangun jam setengah empat lalu mengakhirkan sahur. Sholat subuh lalu lanjut sedikit tilawah. Ditengah-tengah melakukan tilawah, tiba-tiba aku merasa ngantuk dan tertidur di tempat sholat :D #DasarGampangTidur. Hanya beberapa menit setelah aku tertidur, ternyata ada sebuah kabar dari mushola yang biasanya dibuat untuk terawih pada waktu bulan Ramadhan. Benar, mushola tersebut adalah yang biasa aku pakai untuk terawih juga.
Dari suara mix yang terdengar dekat sekali, disiarkan “Innalillahi Wa Innailahi Raji’un 3x”, Telah meninggal bapak Ipin Almarhum pada hari kamis. Tanggal 16 Juni 2016, jam 05.35. semoga amal beliau diterima di sisi Allah dan semoga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapinya. Aamiin.”
Deegg, terasa jantungku berdenyut lebih cepat karna mendengar berita tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan berita ini terkesan membuat shock para warga di sekitar rumah beliau. (1) hari sebelumnya, yaitu hari Selasa. Beliau masih menjadi imam di mushola tempat aku terawih. Dan tidak terlihat ada rona-rona sakit pada badannya.
(2) pada hari rabu, sebelumnya beliau masih aktif untuk bekerja.
(3) beliau mempunyai dua anak yang masih kecil, ketika 2 anak ini ditinggalkan dengan tiba-tiba pasti akan sedih. Aku saja yang menjadi tetangganya, merasa ada yang hilang. Dan kenapa kok tiba-tiba Allah mengambilnya??
Ibrah yang bisa kita ambil dari adanya peristiwa di atas adalah bahwa takdir Allah itu ada, entah cepat atau lambat pasti akan terjadi. Entah dengan peristiwa kematian, jodoh dan rezeki. Kita bisa mengupayakan dengan sekuat kemampuan kita, namun Allah lah yang menjadi penentu. Apakah berhasil atau tidak. Kita cukup berusaha lalu bertawakkal kepada Allah atas apa yang telah kita kerjakan dan bersabar ketika kita belum waktunya untuk mencapai semua itu. Apalagi tentang sebuah kematian, kapan terjadinya kita harus tetap tabah dan sabar dalam menghadapi. Karna semuanya adalah titipan Allah, dan titipan Allah pasti akan diminta untuk dikembalikan lagi kepada-Nya.
Sekian yang bisa aku share kepada pembaca semua. Semga bisa mendapatkan ibrah dari yang aku ulas pada postingan ini. Jangan lupa share dan beri komentar yaaaa :)
Barakakallah. Wassalamu’alaikum. Ilalliqo’~

0 komentar: