Assalamualaikum semua… :)
Segala puji bagi Allah yang sudah memberikan kenikmatan sampai hari
ini. Di bulan ramadhan yang penuh berkah di hari yang kedua belas. Semoga
kesehatan dan keberkahan juga terlimpah kepada semua pembaca blogku. :)
Hari ini, postinganku berkaitan dengan kamis
manis. Beberapa hari yang lalu, aku pernah beberapa kali membaca pada
sebuah time line di twitter yang membuat tweet mengenai kamis manis. Mungkin, karena
hal itu aku ingin membuat versi kamis manisku tersendiri.
Kata manis, sering identik dengan sesuatu hal
entah benda hidup ataupun mati yang mempunyai tekstur, bentuk dan yang lainnya
yang bersifat seperti gula. Persepsi manis tergantung kepada setiap orang dalam
memikirkannya. Menurutku manis itu adalah ketika aku melakukan kegiatan dalam
satu hari sesuai dengan rencana yang telah aku target pada hari sebelumnya.
Sehingga ketika planning yang sudah terjadwal sesuai dengan yang kulakukan,
maka dengan demikian waktu yang telah ada yang khusus diberikan oleh Allah
kepadaku bisa terback-up dengan baik. Yeyeye, Alhamdulillah :D karna dalam
sebuah surat yang terdapat di Al-Qur’an disebutkan tentang bagaimana
berharganya waktu. Sampai-sampai ada pepatah arab yang mengatakan “Waktu itu
laksana pedang, jika kita tidak bisa menggunakan waktu tersebut dengan baik
maka kita akan terhunus sendiri oleh pedang tersebut”.
“Jreengg- jreengg- jrenggg” suara gitar.
“Dungg, takk Duungg duungg” suara beduug, eh suara ketipung deh :D. Afwan, kena
syndrom ngabuburit sih jadi kepingin cepat berbuka. Hehehe, Uuppss. Baik,
lanjut yaa! Dalam lagu nasyid Raihan yang berjudul”Demi Masa” ini pada liriknya
terdapat pesan untuk para pendengar lagunya untuk menghargai waktu. Yah,
seperti pada surat Al-‘Ashr 3 ayat tersebut. Sambil nyanyi ya, aku akan
mengutip beberapa lirik yang menyentil kita untuk bermuhasabah agar
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
“Cek, cek, tes”….” Demi Masa, Sungguh manusia
dalam kerugian. Kecuali, nasehat pada kebenaran dan kesabaran”….. “Ingat lima
perkara, sebelum lima perkara”….
(1) Sehat sebelum sakit
(2) Muda sebelum tua
(3) Kaya sebelum miskin
(4) Lapang sebelum sempit, (5) Hiiduup sebelum mati….
Nah, itulah lirik dari lagu “Demi Masa”, yang
baru aku nyanyikan. Semoga terhibur dengan suara merduku #GakBolehProtes.
Karna, puasa-puasa tidak boleh protes, kalau protes nanti aku kasih es. :D
Next, lanjuutt! So, sudah tahu kan betapa
pentingnya waktu itu bagi kehidupan kita?? Yeppi, penting sekali. Sekali waktu
tersebut sudah berlalu, maka ia tidak akan terulang lagi. Sekalinya kita
kehilangan waktu tanpa kemanfaatan, maka kita akan merugi. Umurpun akan semakin
bertambah, semakin dekat pula dengan namanya kematian. Gak ada yang ingin mati
tanpa amal kan??? Alam Barzakh itu menakutkan jika tidak diimbangi dengan amal
kebajikan. Maka, waktu yang ada sebaiknya disikapi dengan arif bijaksana dan baik.
Masuk inti~
Cerita episode hari ke-12 puasa adalah tentang
pertemuan sebuah takdir yang oleh Allah sudah digariskan di Laukhul mahfudz
untuk hamba-Nya.
Tepatnya, pada tanggal 16 Juni 2016. Yang memang hari kamis, jika
menurutku kemarin hari kamis manis. Beda halnya dengan beberapa tetanggaku yang
mungkin mengatakan bahwa hari kamis kemarin, “kamis pahit” lebih pahit dari
pahit biasanya. Kronologinya adalah:
Pada hari Rabu malam kamis, rumah yang berada
di sebelah mushola yang aku buat untuk sholat terawih terlihat ramai oleh para
tamu. Entah tidak seperti biasanya. Ketika sholat terawih sudah dimulai,
ditengah-tengah jeda akan melakukan terawih bersama-sama. Saat itulah diumumkan
oleh bapak Imam Terawih tentang kondisi yang dihadapi oleh tetanggaku tersebut.
Awalnya, pak imam memberitakan jika ada salah
satu dari anggota keluarga tetanggaku itu kedapatan jatuh sakit, tanpa sebab
yang diketahui dengan pasti. Katanya dari beberapa orang, sakit beliau adalah
karna masuk angin duduk. Doa pun
dipanjatkan kepada Allah, agar kesehatan beliau pulih. Selang sekitar beberapa
jam, beliau pun dibawa pulang kembali. Karna memang sudah sembuh. Aku pun ikut
senang juga Alhamdulillah, sudah pulih. Warga-warga di sekitar rumah beliau
memang sangat menghormatinya karna beliau adalah bapak RT sekaligus sebagai
orang yang menjadi imam ketika jamaah di mushola. Terawih pun selesai, lalu aku
pun pulang ke rumah.
Hari berganti ke hari kamis, dan aku pun
melakukan rutinitas yang tetap seperti hari sebelumnya. Bangun jam setengah
empat lalu mengakhirkan sahur. Sholat subuh lalu lanjut sedikit tilawah.
Ditengah-tengah melakukan tilawah, tiba-tiba aku merasa ngantuk dan tertidur di
tempat sholat :D #DasarGampangTidur. Hanya beberapa menit setelah aku tertidur,
ternyata ada sebuah kabar dari mushola yang biasanya dibuat untuk terawih pada
waktu bulan Ramadhan. Benar, mushola tersebut adalah yang biasa aku pakai untuk
terawih juga.
Dari suara mix yang terdengar dekat sekali,
disiarkan “Innalillahi Wa Innailahi Raji’un 3x”, Telah meninggal bapak Ipin
Almarhum pada hari kamis. Tanggal 16 Juni 2016, jam 05.35. semoga amal beliau
diterima di sisi Allah dan semoga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan
kesabaran dalam menghadapinya. Aamiin.”
Deegg, terasa jantungku berdenyut lebih cepat
karna mendengar berita tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan berita ini
terkesan membuat shock para warga di sekitar rumah beliau. (1) hari sebelumnya,
yaitu hari Selasa. Beliau masih menjadi imam di mushola tempat aku terawih. Dan
tidak terlihat ada rona-rona sakit pada badannya.
(2) pada hari rabu, sebelumnya beliau masih
aktif untuk bekerja.
(3) beliau mempunyai dua anak yang masih kecil,
ketika 2 anak ini ditinggalkan dengan tiba-tiba pasti akan sedih. Aku saja yang
menjadi tetangganya, merasa ada yang hilang. Dan kenapa kok tiba-tiba Allah
mengambilnya??
Ibrah yang bisa kita ambil dari adanya
peristiwa di atas adalah bahwa takdir Allah itu ada, entah cepat atau lambat
pasti akan terjadi. Entah dengan peristiwa kematian, jodoh dan rezeki. Kita
bisa mengupayakan dengan sekuat kemampuan kita, namun Allah lah yang menjadi
penentu. Apakah berhasil atau tidak. Kita cukup berusaha lalu bertawakkal
kepada Allah atas apa yang telah kita kerjakan dan bersabar ketika kita belum
waktunya untuk mencapai semua itu. Apalagi tentang sebuah kematian, kapan
terjadinya kita harus tetap tabah dan sabar dalam menghadapi. Karna semuanya
adalah titipan Allah, dan titipan Allah pasti akan diminta untuk dikembalikan
lagi kepada-Nya.
Sekian yang bisa aku share kepada pembaca
semua. Semga bisa mendapatkan ibrah dari yang aku ulas pada postingan ini.
Jangan lupa share dan beri komentar yaaaa :)
Barakakallah. Wassalamu’alaikum. Ilalliqo’~
0 komentar:
Posting Komentar